CONTOH KUMPULAN PUISI TEMA KEHIDUPAN

GELISAH
Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita
Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan ayu
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan
Kesendirian
Di
kesepian malam aku sendiri
Fikiran
menerawang menjelajah angkasa
Ingin
rasanya kubuka semua tabir gelap
Sehingga
bisa kunikmati indahnya rembulan
Beserta
gemerlapnya selaksa bintang
Semilir
angin berhembus perlahan-lahan
Seolah
tak ingin mengusikku dari lamunan
Pucuk-pucuk
daun menari penuh kemesraan
Seakan
tiada bosan untuk selalu menghibur
Semua
gundah dan keresahan hatiku
Ketika
malam semakin larut
Aku
sadari akan kesenmdirianku
Semuanya
memang penuh ketidakpastian
Kecuali….
Bisa kunikmati sisa hidup ini
Dengan
cinta dan kasih sayang
Dimana
semuanya serba tulus
Dimana
semuanya serba ikhlas
Dimana
semuanya penuh kerelaan
Tanpa
pamrih dan pengharapan
Pernahkah kau dengar sebuah kisah
Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama?
Seonggok jiwa tua berbicara dalam kebisuannya
Menghitung sisa hari yang masih dimilikinya
Pada penghujung hari yang dinantikan
Di kala jiwa tua ini telah lelah berkelana
Dan tak lagi benderang maupun rupawan
Hanya sunyi yang mampu ia bawa ke alam baka
Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi
Dalam hausnya ia berkelana
Membawa beban sepanjang hidup barunya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi unta
Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu?
Dan jika kematian lagi-lagi akan menghampirimu
Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam kesendirianmu?
Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati
Tidak ada lagi belengguh yang harus ia pikul
Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi singa
Tak ada lagi sakit dan derita yang mampu kau rasa
Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu
Dan memang jika waktunya harus tiba
Engkau siap membunuh sang naga perkasa
Dalam pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih
Namun ajal mampu mengabadikan namamu
Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul
Mengalami pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil
Tiada lagi afirmasi kudus maupun fana yang harus kau mengerti
Yang ada hanyalah proses pelupaan tanpa harus mengingat apapun
Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan mengakhirimu
Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
Pernahkah kau dengar sebuah kisah
Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama?
Seonggok jiwa tua berbicara dalam kebisuannya
Menghitung sisa hari yang masih dimilikinya
Pada penghujung hari yang dinantikan
Di kala jiwa tua ini telah lelah berkelana
Dan tak lagi benderang maupun rupawan
Hanya sunyi yang mampu ia bawa ke alam baka
Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi
Dalam hausnya ia berkelana
Membawa beban sepanjang hidup barunya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi unta
Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu?
Dan jika kematian lagi-lagi akan menghampirimu
Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam kesendirianmu?
Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati
Tidak ada lagi belengguh yang harus ia pikul
Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi singa
Tak ada lagi sakit dan derita yang mampu kau rasa
Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu
Dan memang jika waktunya harus tiba
Engkau siap membunuh sang naga perkasa
Dalam pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih
Namun ajal mampu mengabadikan namamu
Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul
Mengalami pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil
Tiada lagi afirmasi kudus maupun fana yang harus kau mengerti
Yang ada hanyalah proses pelupaan tanpa harus mengingat apapun
Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan mengakhirimu
Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
METAMORFOSIS JIWA TUA
Pernahkah
kau dengar sebuah kisah Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama? Seonggok
jiwa tua berbicara dalam kebisuannya Menghitung sisa hari yang masih
dimilikinya Pada penghujung hari yang dinantikan Di kala jiwa tua ini telah
lelah berkelana Dan tak lagi benderang maupun rupawan Hanya sunyi yang mampu ia
bawa ke alam baka Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi Dalam hausnya ia
berkelana Membawa beban sepanjang hidup barunya Oh jiwa tua bertransformasilah
engkau menjadi unta Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu? Dan jika kematian
lagi-lagi akan menghampirimu Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam
kesendirianmu? Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati Tidak ada lagi belengguh
yang harus ia pikul Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya Oh jiwa tua
bertransformasilah engkau menjadi singa Tak ada lagi sakit dan derita yang
mampu kau rasa Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu Dan memang
jika waktunya harus tiba Engkau siap membunuh sang naga perkasa Dalam
pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih Namun ajal mampu mengabadikan
namamu Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul Mengalami
pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil Tiada lagi afirmasi
kudus maupun fana yang harus kau mengerti Yang ada hanyalah proses pelupaan
tanpa harus mengingat apapun Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan
mengakhirimu Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
POTRET KEHIDUPAN
Oleh Tino Haryela
Oleh Tino Haryela
Dirimu berada dalam lensa kehidupan ku..
penglihatan ku hanya terfokus padamu…
hingga di keramaian terlihat blur….
dan hanya dirimu yang ingin ku shoot…
penglihatan ku hanya terfokus padamu…
hingga di keramaian terlihat blur….
dan hanya dirimu yang ingin ku shoot…
Aku mencoba untuk zoom diri mu..
hingga ku dapat kan potret dirimu..
namun apa ang ter terjadi saat ku shoot diri mu..
blitz hati ini bercahaya dengan silau…
hingga ku dapat kan potret dirimu..
namun apa ang ter terjadi saat ku shoot diri mu..
blitz hati ini bercahaya dengan silau…
Ku simpan foto mu dalam hidup ku..
dan ku bingkai dengan indah fose dirimu…
ku rangkai dirimu dalam album kenangan ku…
karena album ku adalah cerita hidupku…
dan ku bingkai dengan indah fose dirimu…
ku rangkai dirimu dalam album kenangan ku…
karena album ku adalah cerita hidupku…
PAHITNYA HIDUP
Oleh Yani
Oleh Yani
Pahit getirnya hidup telah banyak ku lalui
dalam setiap hembusan nafas dan deraian air mata
semua itu telah melukiskan luka tersendiri
dalam satu ruang di hati ini
dalam setiap hembusan nafas dan deraian air mata
semua itu telah melukiskan luka tersendiri
dalam satu ruang di hati ini
Kecewa, sakit, menahan setiap luka
goresan itu telah melukai batin yang sudah cukup tersiksa ini
dan semakin lama membuatku makin sakit dan sakit
goresan itu telah melukai batin yang sudah cukup tersiksa ini
dan semakin lama membuatku makin sakit dan sakit
kini aku telah di rambah oleh keterasingan hidup dan kesengsaraannya
semangatku tlah patah
senyumanku tlah pudar
karena aku tlah terjerat dalam sbuah kehidupan yang semu
semangatku tlah patah
senyumanku tlah pudar
karena aku tlah terjerat dalam sbuah kehidupan yang semu
Aku terjatuh di sbuah jurang kgelapan
tersesat dalam jalan tak brujung dan
tenggelam di tengah lautan tak bertepi
tersesat dalam jalan tak brujung dan
tenggelam di tengah lautan tak bertepi
Dingin dan sunyinya malam slalu menyudutkanku dalam tangis
manis pahitnya hdup mmbwtku bimbang dan resah
aku bener-benar terpuruk dalam keterprukan yang panjang
ksedihan mmnhi stiap anganku
fikiranku di penuhi awan mendung yang gelap
smakin lama smakin ku ingin menjauh, pergi, dan lari
membawa setiap luka dan rasa kecewa
namun aku tak mau terlalu lama di jajah oleh rasa pilu
karena rasa itu telah menghancurkan harapan ni
manis pahitnya hdup mmbwtku bimbang dan resah
aku bener-benar terpuruk dalam keterprukan yang panjang
ksedihan mmnhi stiap anganku
fikiranku di penuhi awan mendung yang gelap
smakin lama smakin ku ingin menjauh, pergi, dan lari
membawa setiap luka dan rasa kecewa
namun aku tak mau terlalu lama di jajah oleh rasa pilu
karena rasa itu telah menghancurkan harapan ni
Aku telah di dera oleh dinginnya angin malam
yank menusuk ragaku
aku di landa ketakutan kegelapan yang mencekam
yank menusuk ragaku
aku di landa ketakutan kegelapan yang mencekam
Kini aku benar-benar mrasakan pahitnya hidup
sendiri dlam sbuah kterasingan
yang menghdiekan sjuta luka kalbu
sendiri dlam sbuah kterasingan
yang menghdiekan sjuta luka kalbu
Setiap ku mencoba tuk berdiri
aku slalu di dudukkan oleh byangan dunia kegelapan
byangan itu slalu melayang-melayang di benak ni
mengiringi stiap pijakan alngkah kaki dan detak jantung
aku slalu di dudukkan oleh byangan dunia kegelapan
byangan itu slalu melayang-melayang di benak ni
mengiringi stiap pijakan alngkah kaki dan detak jantung
Aku lemah langkahku gontai
merasakan tabir kehidupan ni
alunan nada sendu selalu berdengung-dengung di pendengaranku
tatapan kebencian selalu membayangiku dlm tangis
merasakan tabir kehidupan ni
alunan nada sendu selalu berdengung-dengung di pendengaranku
tatapan kebencian selalu membayangiku dlm tangis
Kesunyian, hesendirian, dan kesedihanki
telah menggagalkanku dalam mengarungi hdup ini
aku kehilangan……………
telah menggagalkanku dalam mengarungi hdup ini
aku kehilangan……………
Aku dan Ruh
Lepaskan wahai jiwa yang tak bertuan
Di antara jejaring nafsu yang mencengkram
Dalam nikmat dan dosa
Mana yang kau pilih wahai Ruh?
Bukankah engkau adalah tiupan Tuhan
Di dalam sebongkah tanah yang kusam
Lalu mencipta menjadi manusia perusak
Dan lalu engkau kemana wahai Ruh?
Engkau bukan seperti hijau untuk dedaunan
Bukan panas untuk kobaran api
Bukan pula dingin untuk bekuan es
Engkau lebi dari nyawa,
Engkau adalah pembimbing diri sendiri
Aku yang menunjukan pada ke-Aku-anku
Sejenak mari kita renungkan wahai Ruh
Seberapa kotor diri kita
Sehingga lisan pun begitu hina
Mata terasa penuh dosa
Tangan terjerat banyak salah
Dan kaki terasa selalu tersesat
Lalu akankah AKu akan kubawa kedalam kenistaan?
Metamorfosis Jiwa Tua
Oleh Jayanto Halim Tjoa
26 November 2017
Pernahkah kau dengar sebuah kisah
Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama?
Seonggok jiwa tua berbicara dalam kebisuannya
Menghitung sisa hari yang masih dimilikinya
Pada penghujung hari yang dinantikan
Di kala jiwa tua ini telah lelah berkelana
Dan tak lagi benderang maupun rupawan
Hanya sunyi yang mampu ia bawa ke alam baka
Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi
Dalam hausnya ia berkelana
Membawa beban sepanjang hidup barunya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi unta
Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu?
Dan jika kematian lagi-lagi akan menghampirimu
Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam kesendirianmu?
Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati
Tidak ada lagi belengguh yang harus ia pikul
Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi singa
Tak ada lagi sakit dan derita yang mampu kau rasa
Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu
Dan memang jika waktunya harus tiba
Engkau siap membunuh sang naga perkasa
Dalam pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih
Namun ajal mampu mengabadikan namamu
Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul
Mengalami pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil
Tiada lagi afirmasi kudus maupun fana yang harus kau mengerti
Yang ada hanyalah proses pelupaan tanpa harus mengingat apapun
Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan mengakhirimu
Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
Metamorfosis Jiwa Tua
Oleh Jayanto Halim Tjoa
26 November 2017
Pernahkah kau dengar sebuah kisah
Di bawah gemerlap mati hidupnya tujuh purnama?
Seonggok jiwa tua berbicara dalam kebisuannya
Menghitung sisa hari yang masih dimilikinya
Pada penghujung hari yang dinantikan
Di kala jiwa tua ini telah lelah berkelana
Dan tak lagi benderang maupun rupawan
Hanya sunyi yang mampu ia bawa ke alam baka
Perlahan sang jiwa tua itu hidup lagi
Dalam hausnya ia berkelana
Membawa beban sepanjang hidup barunya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi unta
Jika memang kebodohan menjadi alasanmu untuk memikul beban?
Apakah ketidakpastian menjadi sebuah tuntutan akan langkahmu?
Dan jika kematian lagi-lagi akan menghampirimu
Sanggupkah engkau menghapuskan derita dalam kesendirianmu?
Dan sekali lagi jiwa tua itu harus mati
Tidak ada lagi belengguh yang harus ia pikul
Hanya kebebasan yang terdapat dalam aumannya
Oh jiwa tua bertransformasilah engkau menjadi singa
Tak ada lagi sakit dan derita yang mampu kau rasa
Semua lawanmu telah habis kau bunuh satu per satu
Dan memang jika waktunya harus tiba
Engkau siap membunuh sang naga perkasa
Dalam pertarungan terakhir kemenangan telah kau raih
Namun ajal mampu mengabadikan namamu
Jiwa tua dirimu telah terbebas dari segala bentuk takhayul
Mengalami pemuluran dan hidup dalam keabadian sebagai seorang anak kecil
Tiada lagi afirmasi kudus maupun fana yang harus kau mengerti
Yang ada hanyalah proses pelupaan tanpa harus mengingat apapun
Jika kematian tak lagi dapat menemuimu dan mengakhirimu
Abadilah engkau dalam keesaan ningrat itu
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
link : http://www.puisipendek.net/metamorfosis-jiwa-tua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar